jeudi 6 janvier 2011

Ibu itu Sungguh Kuat

Senin lalu, tepat tanggal 3 Januari 2011.

Saya, dan beberapa teman saya memutuskan untuk melepaskan kepenatan dengan berbelanja di pasar Gedebage, (Semacam pasar senin di Jakarta) namun, setelah sekian lama tidak mengunjungi pasar tersebut mungkin sekitar 1 tahun. Banyak yang berubah saat saya kembali mengunjunginya.

Sebagian pasar sudah pindah ke daerah proyek pasar baru, kalau bisa dibilang hal tersebut justru membuat harga sewa kios pedagang menjadi lebih mahal dari pasar sebelumnya. Entahlah apa yang membuat fenomena ini ada, yang saya fahami hal seperti ini memang sudah menjadi sisi lain dari peremajaan pasar-pasar tradisional di daerah-daerah di Republik ini.

Siang itu langit cukup bersahabat dengan kami, saat turun dari angkot yang saya lihat hanyalah beberapa puing-puing lapak yang telah dirobohkan, beberapa pedagang yang sibuk dengan aktifitas mereka dengan barang dagangannya, sisanya hanya bertahan pada lapak mereka. Siang itu sejujurnya saya tidak terlalu bergairah untuk mencari barang yang saya mau namun, seorang teman saya Adry sibuk mencari barang dari satu toko ke toko lain.

Sampai pada sebuah toko yang menjual berbagai celana panjang dan pedek, akhirnya kami berhenti pada toko tersebut. Cukup lama dan alot harga yang ditawarkan pedagang tersebut, awalnya Apri menawar sebuah celana panjang namun harga yang diberikan cukup mencekik harga menurut saya untuk ukuran celana bekas. Tawar menawar pun terjadi, "Berapa a?" tanya Apri sembari memegang celana yang ia minat. "Itu? 90 aja bang!" Jawab si pedagang dengan logat Padang yang tidak dapat ditutupi. "Kalo yang itu?" Apri menunjuk celana yang di gantung. "Itu beda-beda a, khan beda bahan juga." Tanpa banyak omong si Apri keluar toko itu dan berkata kepada Saya dan Ibon yang menunggu diluar toko sambil melihat barang dagangan di depan toko, "Gila, buka harganya segitu? Mau nawar berapa gue?" tandas si Apri. "Yaudah, cari aja lagi ditempat lain." ajak saya namun, ketika kami akan kembali melancong, Adri ternyata sedang bernegosiasi dengan pedagang di toko tersebut demi kesepakata harga. Mungkin karena sama-sama berdarah Minang. Alhasil, Ia mendapatkan celana pendek setelah proses tawar menawar.

Setelah itu perjalanan menelusuri toko-toko di pasar baru itu pun kami lanjutkan dan hanya menuai hasil 'kosong' karena harga yang ditawarkan pun setara dengan barang baru. Sebelum kami meninggalkan proyek pasar baru tersebut, ternyata Adri kembali mendapatkan barang. Yah, tentunya dengan harga yang menurut saya masih agak mahal untuk ukuran barang bekas.

Penantian panjang akhirnya mendapatkan pencerahan pada lapak lama di sekitar pasar. Ternyata kami menemukan beberapa barang bagus dengan harga yang sepantasnya.Menurut saya mungkin itu kepuasan tersendiri dalam berbelanja dan ketika kami kembali ke Jatinangor, di dalam angkot kami menjumpai seorang Ibu yang menggendong anaknya yang dibalut oleh perban.

Dalam hati saya bertanya-tanya, "Apa yang terjadi pada anak itu?". Akhirnya sang ibu meminta salah satu penumpang disebelahnya yang kebetulan seorang ibu yang cukup tua, untuk mengizinkan meluruskan kaki anaknya di atas paha si ibu tua tersebut. Lalu percakapan dibuka oleh ibu tua tersebut, "Anaknya kenapa bu?" Ibu dari si Anak menjawab, "Habis terapi bu..." lalu ibu tua itu kembali bertanya, "loh, memangnya sakit apa?" dengan nada yang cukup merendah "Ada masalah di syaraf otaknya bu.. dia habis kecelakaan saat naik motor 1 bulan yang lalu... ayah dan kakaknya gak ketolong, cuma dia aja yang selamat..." Saya melihat ekspresi orang-orang dalam angkot tersebut berubah mungkin merasa iba pada ibu tersebut bahkan, Apri yang duduk disebelah saya terlihat menundukan kepalanya.

Iba dan sangat sedih saya melihat keadaan mereka berdua, mungkin bukan hanya saya yang merasakan hal tersebut tetapi juga para penumpang yang ada di dalam angkot tersebut. Ditambah lagi sang ibu menceritakan bahwa tragedi itu merupakan Peristiwa Tabrak Lari.

Entah apa yang difikirkan sang pelaku tabrak lari itu, apabila ia berada di posisi ibu tersebut. Sungguh suatu tindakan yang sangat pengecut untuk seorang manusia yang memiliki akal dan nurani. Dan pada hari itu saya melihat suatu perjuangan dari seorang ibu yang sangat tegar dan kuat menghadapi keadaan yang sedemikian rupa...