samedi 26 février 2011

Aduh Kasep Na nih Akang!

Ini merupakan kejadian yang jauh dari hal yang namanya LOGIKA, oke saya tidak mau membicarakan Logika lebih mendalam tetapi ada kejadian yang SUPER BODOH dihari ini. Karena ada urusan mendadak saya harus kembali ke Jakarta memang, itu hal yang membosankan apalagai baru seminggu saya meninggalkan ibu kota.
Singkat cerita, sebelum saya sampai dirumah saya menyempatkan untuk mampir disebuah toko musik di pusat perbelanjaan di Jakarta, dan kebetulan juga saya membawa jam tangan saya, yang mempunyai masalah dalam pengaturan tanggal. Saya berfikir, "Ah, mumpung gue disini sekalian aja gue tanya. Toh nanya juga gak bayar?".
Karena letak toko musik yang saya tuju tidak jauh dari toko jam tersebut akhirnya saya pergi dulu ke toko musik tersebut dengan membeli Album ke-7 dari Sheila On 7 dengan judul 'Berlayar' nice album overall.
Kemudian saya menuju toko jam tersebut dan percakapan bodoh pun dimulai antara saya dengan seorang sales yang terlihat amatir. "Mas, saya mau nanya. Jam saya ada trouble buat atur tanggalnya padahal sudah direstart berkali-kali. Masalahnya dimana yah?" Lalu dengan datar dia menjawab, "Jamnya swacth mas?" Pembicaraan sempat hening.. Dan saya menjawab, "Kalo bukan swacth ngapain saya ke sini mas??" sambil menujukan jam saya, tanpa mengatakan maaf atau rasa bersalah dia hanya mengatakan, "Oh..silakan sama mas yang itu!" Sambil menunjuk rekannya yang 'memang' lebih mengerti dan tahu sopan santun.
Obrolan saya lanjutkan dengan sales yang satunya.. namun, saya tetap berfikir dengan kejadian tadi, "Itu orang bodoh atau apa? Jelas loe bisa lihat jam gue, dan selain itu masa iya gue masuk ke toko yang bukan toko resminya?" kalo dia itu kawan saya pasti saya akan mencela, "Aduh..'Kasepnya' si akang!" Sungguh hari yang bodoh!

jeudi 24 février 2011

Sudut Kota

Satuhari yang berharga adalah menikmati kebersamaan bersama teman-teman, menjelang KKN, Saya, Aii, Editha, dan Apri. Menghabiskan waktu berwisatakuliner, memang moment ini jarang terjadi karena, aktifitas dari kami memang luar biasa sibuknya.

Sebelumnya memang hanya saya, Apri, dan Edith yang berencana ke daerah Cikini dan sekitarnya dengan menggunakan Bajaj,apa lagi sensasi yang diberikan oleh bajaj benar-benar membuat pantat menjadi bergetar layaknya goyangan Mbak Inul Daratista.

Tetapi Gank BEP, seperti ada yang janggal… Akhirnya setelah dirayu layaknya Banci di Taman Lalu Lintas, saudara Aii bersedia menjelajah bersama kami untuk Wisata Kuliner. Terlebih mereka semua memang memiliki karakter dan kepribadian yang berbeda-beda dan as usual sepanjang perjalanan Edith selalu menjadi korban untuk menjadi bahan cela’an dari kami bertiga dengan hidung ajaibnya, akibat hal tersebut lahirlah cikal-bakal nama panggilannya dari kami yaitu‘Idung’.

Suatu hari yang panjang, dari mulai mengunjungi pabrik roti klasik yang mengingatkan masa kecil saya. Dilanjutkan dengan mengunjungi Es-Krim Ragusa, dengan beranekaragam jajanan Jakarta. Sudah lama saya tidak mengunjungi tempat ini, telah banyak yang berubah termasuk harganya yang lumayan mencekik kantong mahasiswa. “And again Editha, she got a jetmen! She had to paid ten thousand rupiah for a SMALL KRUPUK!Desolée..” Sing Sabar yah Dith!


Akhir dari cerita yang ditutup oleh senja di Sudut Kota Jakarta...

vendredi 18 février 2011

Jangan Bilang itu Pacar Aku!

Belum lupa dari benak saya dengan pengalaman konyol ini, saat itu saya kebetulan bertemu dengan saudara jauh yang memang jauh silsilahnya namun, kata orang tua 'Judulnya' tetap saudara.

Saat itu hari Jum'at malam atau lebih tepatnya suasana akhir pekan, kebetulan saya ingin membetulkan barang elektronik saya yang masih ada garansi ke storenya disebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan.

Sebenarnya saya agak segan untuk pergi ke sana sendirian terlebih, saat itu memang malam yang tepat untuk para anak muda menghabiskan waktu dengan menghambur-hamburkan uang demi sebuah pertunjukan di ruang gelap dan ber-AC.

Dan begitu sampai disana tepat seperti apa yang saya bayangkan. Banyak sekali orang Jakarta menghabiskan akhir pekan disini, untuk mencari parkir pun bagaikan mencari mutiara di lautan yang sangat dalam.

Setelah menemukan tempat parkir saya langsung menuju lobby utama dan langsung menuju lantai paling atas. Sembari menunggu proses pengecekan unit saya iseng berkeliling toko, dan tiba-tiba saya bertemu dengan Sheila yang nampaknya sedang kencan dengan pacarnya, yang sampai sekarang saya lupa namanya siapa.

Dia langsung menegur saya yang sedang sibuk melihat-lihat aksesori 'gadget'. "Eh, Kak Liki! Lagi ngapain kak disini?" sejenak saya lupa-lupa ingat dengan nama dan wajah saudara jauh saya itu "Eeeggh..engga ini lagi service aja kok!" Padahal didalam otak saya, saya sedang berusaha berfikir "Waduh, siapa nih orang. Gue pernah kenal emang sih, tapi lupa namanya."

"Sekarang di Unpad yah? Wih, doain yah aku keterima disana, mau masuk Hukum." tandasnya dengan gaya bicara anak SMA zaman sekarang. "Waktu itu aku liat Kak Liki manggung loh, di Kemang."
"Oia? Makasih yah.." Jawab saya yang masih menerka-nerka siapa namanya.
"Oia, kenalin nih cowok Sheila!" sambil menarik cowok disebelahnya. Dan kembali dalam otak saya yang berteriak. "Gotcha! her name is Sheila!"
Kembali ke obrolan tadi, akhirnya cowok itu memperkenalkan dirinya yang tinggi putih sepertinya memiliki bakat menjadi pria metroseksual.

Dilihat dari kostum mereka yang masih menggunakan bawahan sekolah nampaknya dua orang ini belum pulang ke rumah, hanya atasannya mereka saja yang menggunakan kaos dan Sheila melengkapinya dengan cardigan yang kalau saya perhatikan, mengingatkan saya kepada nenek saya.

"Eh, Gaya yah mahasiswa mainnya ke sini." Goda Sheila sambil memasang wajah meledek.
"Yah, kan belinya disini juga, masa servicenya di Glodok. Hehehehe.." Jujur saya sendiri meresa 'garing' dengan lelucon tadi dan saya juga memperhatikan wajah cowoknya yang sedikit 'bete' dengan obrolan saya.

Tiba-tiba sales yang melayani saya memanggil saya "Mas Liki, ini unitnya sudah selesai di Restore." dalam hati "Thanks God, sudah membebaskan saya dari obrolan hambar dengan dua anak ini." Saya langsung memotong pembicaraan, "Oh..sorry ye gue ke sana dulu."
"Oh..oke!" Jawab mereka berdua.

Ketika saya sedang mengobrol masalah-masalah dari unit saya, entah mengapa tiba-tiba mereka langsung ada disisi saya dan sales. Dan kebetulan saat itu sales tersebut berkata, "Yah, lumayanlah mas dari pada beli baru? Biayanya cuma 70 aja!"
Dengan senyum hambar saya hanya menjawab "Yah, nanti deh saya coba rundingin dulu sama orang tua."
Tiba-tiba ada suara seorang pria yang dengan entengnya berkata, "70 ini kak? Masa anak kuliahan 70 aja gak ada?"

Saya, Sales, dan beberapa orang didekat saya langsung menoleh ke sumber suara, ternyata itu suara cowoknya Sheila yang wajahnya agak mirip personil SM*SH. Memang sangat tidak sopan menurut saya, terlebih saya juga baru kenal dengannya.

Saat itu si sales langsung berkata, "Maaf mas, itu tujuh puluh dolar, bukan tujuh puluh ribu." seketika muka Sheila memerah dan mencubit pinggang pacarnya. "Sok tau deh kamu!"
Sedangkan pacaranya hanya senyum-senyum gak jelas.

Sheila yang mungkin malu langsung pamit duluan dengan pacarnya. Berapa orang yang mendengarkan hal itu terlihat tersenyum kecil, begitu pula si sales. Sambil tersenyum si sales berkata "Itu siapa mas? Adiknya?"
"Itu..Oh..adik sepupu, tapi yang ceweknya!"
"Kalo yang tadi itu cowoknya?" tanya si sales kepada saya dengan rasa penasaran.
"Wah, tadi sih bilangnya gitu." Jawab saya yang tidak lama setelah itu kembali langsung bergegas pulang.

Esok harinya saya melihat status Twitter Sheila yang menyatakan rasa malu yang luar bisa. Saya mereplynya "hahahaha koplak tuh cowok loe!" lalu Sheila membalasnya "udah engga kok kak, kita udah putus!" Waduh, sampe sebegitunya fikir saya, untuk menghidari hal-hal yang tidak diinginkan saya menyudahi saja obrolan di timeline Twitter tersebut.

Dan terakhir Sheila hanya mention saya "Jangan pernah bilang itu cowok aku yah kak!" saya hanya membalas "hahaha..seep!"

Terlepas dari masalah itu, mungkin juga ada berapa alasan mengapa kisah asmara mereka kandas tetapi kalau memang putusnya hubungan mereka karena hal itu mungkin itu merupakan kejadian yang konyol. Untuk Sheila, saya benar-benar minta maaf, setidaknya saya, sales dan beberapa orang di toko tersebut sudah tahu kalo dia adalah pacar kamu.

Ibu Kota Kejam Bung!

Siang itu saya mengendari motor bebek warna biru kesayangan saya, Jakarta memang banyak berubah dari masa ke masa.

Saat menuju arah Kuningan, jalanan sangat padat dengan kendaraan yang parkir seenaknya.

Hal itu bisa dilihat dari jumlah mobil-mobil orang tua yang menjemput anaknya pulang sekolah. Bukan saya sirik atau iri kepada mereka tetapi, coba bayangkan jika satu anak dijemput oleh satu buah mobil yang parkir seenaknya, berapa ruas jalan yang habis dipakai untuk 100 anak atau lebih. Sungguh fenomena yang luar biasa.

Sejenak saat saya mengedari motor, saya sempat berfikir kepada masa lalu saya, saat saya kecil hal seperti ini paling terjadi pada saat pengambilan raport saja. Kalau pun ada yang naik mobil juga tidak semuanya, paling hanya beberapa orang saja yang memang benar-benar 'berada', selebihnya hanya dengan sepeda motor, ojek, angkot, atau malah ada yang berjalan kaki untuk mereka yang rumahnya dekat. Tapi itu hanya buah fikir saya saja yang terpaku sejenak ditengah kemacetan Jakarta.

"Akh..buat apa sih gue mikirin hal gak penting kayak gitu!" fikir saya saat itu. Yah, dengan kondisi jalan yang memang cuma bisa merayap, saya hanya bisa mencari celah untuk menyalip mobil-mobil yang memadati ruas jalan menuju Setra Bisnis Kuningan.

Memang, pembangun jalan layang Tanah Abang - Kampung Melayu yang dicanangkan akan rampung pada tahun 2012 ini cukup menyita waktu para pengguna jalan. Padahal, saya melihatnya itu suatu hal yang memang sudah menjadi ritualnya Pemda DKI Jakarta yang sangat suka sekali membangun dan membangun untuk mengatasi berbagai masalah publik di kota yang sudah semakin sesak ini. Yah, saya sih sebagai orang yang dari sejak lahir dan besar di Jakarta, hanya berharap semoga terobosan ini bisa mengatasi kemacetan.

Kembali ke jalan raya, saat seluruh kendaraan roda empat terjebak macet banyak kendaraan roda dua yang memanfaatkan sisi jalan atau mencari celah untuk melawan kemacetan, begitu pula halnya dengan saya. Tikung kiri, salip kanan, belok kiri, potong lagi kanan dan ketika saya ingin menyalip ada sebuah motor juga yang ingin menyalip ke sisi jalan di depan pusat perbelanjaan di Kuningan yang sangat padat dengan orang-orang yang sibuk oleh urusannya masing-masing. Karena saya merasa itu hal yang bisa dalam berkendara di Jakarta saya melanjutkan perjalanan.

Mungkin ada perasaan kesal atau tidak terima karena saya salip bapak itu langsung memacu kuda besinya untuk mengikuti saya. Layaknya film 'action' kami saling susul menyusul dan tepat di depan jasa pengiriman barang, bapak itu justru yang sekarang memotong jalur saya dan sejenak memberhentikan laju sepeda motornya, membuka kaca helm dan berkata "Jakarta KERAS Bang!"

Dalam hati saya hanya bisa berkata, "Niat betul nih orang sampe ngejar-ngejar gue cuma pengen bilang itu." Sungguh ajaibnya kota ini. Tanpa meladenya saya hanya tersenyum dan menyalurkan tangan kedepan sebagai isyarat mempersilakan dia untuk jalan lebih dulu.

Sungguh pengalaman yang luar biasa sekaligus aneh, dari kemacetan yang membuat semua pengguna jalan penat dapat membuat orang melakukan hal gila yang syarat dengan emosi. Ibu Kota memang kejam Bung!

jeudi 10 février 2011

Aku dan Secangkir Kopi

Akhirnya blogger pecundang ini kembali aktif setelah lama masuk ke Desa. (Program KKN)

Saya banyak menemukan banyak pelajaran dan juga keluarga baru disana, kurang lebih satu bulan kita melaksanakan kegiatan tersebut, memang banyak pembelajaran berharga yang ada disini. Mulai dari berbagai aspek sosial, kesehatan, dan lain sebagainya. Satu hal yang saya dapat adalah proses belajar bersama masyarakat.

Setelah hari ini mungkin kita semua Prajurit Sekarwangi akan kembali pada dunianya masing-masing. Begitu pula dengan saya dengan kegitan perkuliahan di Sastra Perancis, apalagi dengan paket SKS yang masih saja banyak. Tetapi itu adalah perjuangan tidak ada alasan saya untuk takut atau mundur, karena ini jalan yang saya pilih.

Terlepas dari sibuknya perkulihan dan berbagai kegiatan, saya tetap merindukan rumah dalam suasana kali ini, entah apa yang membuat hasrat saya sebesar ini, yang jelas saya merindukan keluarga di Jakarta.

Semoga semester baru ini berjalan sesuai dengan apa saya harapkan dan dapat memberikan warna baru bagi saya, sekaligus membebaskan diri saya dari organisasi Himaper di awal bulan April nanti.

Secangkir kopi dipagi ini mungkin tepat untuk menggambarkan betapa kacaunya saya di pagi ini namun, secerca cahaya dari matahari cukup memberikan saya dorongan energi untuk bangkit dan menjalankan kehidupan yang saya impikan.

... Untuk semua impian ku dan semua orang yang menjadi candu positif dalam hidup ku. - liki