jeudi 31 mars 2011

Maret Kelabu

Sebenarnya tidak sepenuhnya apa yang terjadi pada bulan ini kelabu, tetapi menutup akhir bulan ini sahabat, sekaligus kakak bagi rekan-rekan di Heels Phobia. Muamar Maulana atau yang akrab disapa Lana itu pun menutup usia pada umur 21 tahun, pada hari selasa kemarin (29 Maret 2011)

Menurut kaca mata saya pribadi beliau memang orang yang sangat menyenangkan, saya teringat pada saat pertama kali berjumpa dengan alm. dia merupakan sosok yang pendiam dan pasrah saat dicela namun, saat itu saya yang memang suka mengomentari orang. Sedikit demi sedikit karena mungkin bergaul dengan saya, alm. yang pendiam menjadi sosok yang pecicilan dan sudah bisa mencela orang, termasuk saya. Hahahahaha...muridnya sudah melampaui gurunya.

Alm. juga merupakan pribadi yang sangat gamblang dan jujur, selalu mengometari kalau memang bagus, yah dia bilang bagus. sebaliknya bila itu jelek yah dia katakan jelek. Asal mulanya saya terjun ke dunia Teater saat SMA juga tidak lepas dari perannya. Pementasan terakhir saya dengannya adalah memainkan teater dengan judul Upacara Seenaknya yang merupakan representasi dari sebuah karya dari guru SMA saya pada saat itu, pementasannya berlangsung di gedung menza, Salemba.

Setelah lulus SMA kami memang jarang bertemu, paling hanya menanyakan kabar via sms atau pun facebook, tak terfikirkan oleh saya pada ulang tahun saya yang 21 kemarin, dia masih sempat mengucapkan selamat kepada saya lalu terakhir saya berkomunikasi dengannya adalah saat menanyakan tentang hewan peliharaannya.

Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, pertemuan terakhir saat melihatnya terjatuh membuat saya masih dipupuk rasa ketidakpercayaan. Meskipun dia sudah pergi, tetapi disaat terakhir saya sudah bisa membuatnya kembali tersenyum kecil dengan cerita konyol yang pernah dilalui, semoga kamu tenang disana sahabat.

"Terang dan takan pernah padam, seperti barisan bintang didalam kelam..."

vendredi 25 mars 2011

100% Kembali Pada Kemauan

Sore tadi saya dan beberapa teman saya menjenguk teman saya, Lana. Kami tiba disana tepat saat Adzan Magrib berkumandang sedikit tidak enak kepada keluarganya memang, tapi hal ini memang diutamakan untuk melihat sendiri kabar terakhir dari sahabat saya itu.

Awal kedatangan kami, kami disambut hangat oleh pihak keluarga Lana, terutama oleh Ayah dan Ibunya, setelah berbincang-bincang sedikit akhirnya saya bertemu langsung dengan Lana, dia hanya bisa terbaring diatas tempat tidur, dan terbujur kaku. Dari raut wajahnya terlihat jelas goresan keringat yang mengucur deras ditambah dengan bibirnya yang kering seolah menggambarkan suhu tubuhnya yang tidak seperti biasanya, dengan sebuah kaos oblong dan kain sarung Lana yang tadinya berbadan tambun kini terlihat sangat kurus, bahkan lebih kurus dari saya.

Sebelumnya saya melihatnya lebih dekat, saya seolah berat melangkah, badan saya terasa lemas bahkan isi dikepala saya tidak percaya bahwa sahabat saya itu hanya bisa terbaring kaku. Saat itu ayahnya langsung mencairkan suasana "Lana, ini siapa nih yang datang?" Ia hanya bisa mengeleng-gelengkan kepalanya. "Tuhan, dia juga sampai lupa siapa saya?" dalam hati saya berkata. "Hei, Bang! Liki nih..Inget gak? Terakhir kita khan main bareng di UI.." Ia hanya bisa menatap saya dengan penuh kekosongan. Namun, kembali lagi ayahnya mencairkan suasana, "Ini na..Liki yang suka main bareng dulu.." Akhirnya ia tersenyum dan menganggukan kepalanya. Lalu saya bertanya pada ayahnya, "Kenapa penyebabnya Lana bisa begini om?" Singkat cerita Ayahnya menceritakan tentang apa yang Lana pernah ceritakan kepada saya saat SMA yaitu mengenai Ginjal namun, apa yang menyebabkan sampai ia seperti ini saya masih bingung, sampai pada saat saya ingin bertanya lebih lanjut, Pogi, Mira dan Uci baru menyusul masuk ke Kamar, sehingga ayah dari Lana, mempersilakan kita untuk 'ngobrol' lebih dekat Lana. Hampir bisa dilihat dari wajah teman-teman saya itu, seperti 'Tidak Percaya' kalau Lana yang ceria menjadi seperti ini. Sempat beberapa kali saya dan teman-teman mengajaknya berinteraksi sampai memberinya minum, karena mungkin Ia sangat kehausan namun saat minum pun Lana sangat sulit untuk menelannya kembali.

Akhirnya setelah 10 menit berinteraksi kami pun, memberikan waktu kepada Lana untuk beristirahat. Dan obrolan kali ini juga berlanjut dengan orang tua Lana, kembali saya penasaran sebab penyakit dari teman saya itu, dengan raut wajah yang sedikit sedih dan tenang, Ibunya mengatakan, "Sekitar bulan puasa kemarin, Lana berhenti konsumsi obat-obatan dari dokter.. tante pun gak tahu, setiap pagi mau kuliah tante tanyain kan 'Lana Obatnya udah di minum', dia cuma jawab udah..udah..udah.." Tutur ibunya kepada kami, "Nah, alasannya dia berhenti minum obat kenapa tante?" tanya saya "Iya, jadi sebelumnya Lana sendirian yang browsing tentang obat-obat yang berbahaya buat otak dan syaraf, saat dibaca tertera bahwa obat yang selama ini dia konsumsi termasuk didalamnya, makanya dia berhenti.. tiba-tiba minggu yang lalu ambruk aja."

Disini saya sempat berfikir, "berarti itu khan mal-praktek bukan?" saya langsung bertanya, "kenapa gak dilaporin aja tante?" si Ibu menjawab, "Yah, kalo hasilnya Lana bisa sembuh? Dari pada capek ladenin yang begituan yang penting si Lana sembuh udah cukup kok, apa lagi dia udah trauma dengan Rumah Sakit, sekarang mendingan pengobatan tradisional ajalah, lagian kalo dibawa kerumah sakit lagi pasti dikasih obat yang sama, percuma aja selama beberapa bulan Lana stop ketergantungan obatnya."

Setelah itu saya berfikir dan terus berfikir sampai saat ini saya menulis, apabila saya menjadi Lana saya pasti berusaha berhenti ketergantungan obat tersebut namun, jika saya juga menjadi dokter perbuatan itu mungkin tidak mutlak disalahkan, apabila ingin memberikan harapan kepada pasein untuk melawan penyakitnya terlebih untuk harapan kepada orang tua. Orang tua mana yang tidak ingin melihat anaknya tumbuh berkembang. Sungguh suatu masalah yang ada diluar nalar. Dokter bisa berkata apapun dari hasil medis namun, saya percaya keajaiban itu ada dan semuanya kembali kepada kemauan si pasien untuk sembuh.

Dan saya percaya, teman saya Lana memiliki itu.

mardi 22 mars 2011

Without HIM, I'm NOTHING!

Dia merupakan orang yang sangat berperan dalam hidup saya, seorang teman, seorang saudara, atau bahkan keluarga. Awal mulanya saya hanyalah seorang yang biasa saja, sampai pada kelas 2 SMA saya bertemu dengan rekan saya tersebut. Ia bernama Muamar Maulana, awalnya beberapa teman band saya sudah mengenalnya, ia juga akrab di sapa Pak Gemboz. Nama itu diberikan mungkin karena badannya yang sedikit gempal.

Ia merupakan pribadi yang sederhana dan menyenangkan, tak hayal Lana yang tadinya pendiam dan murung, mulai menjadi sosok yang periang dan sudah mulai pintar mencela orang (Mungkin karena tertular dari pergaulan saya juga), mulai dari sekolah, traveling, olimpiade komputer, sampai saya menjadi Trax Ambassador pada tahun 2007, pribadi Lana masih kental di kepala saya.

Sampai pada suatu hari saya memberanikan diri menanyakan kepadanya, "alasan dirinya selalu minum obat", awal mulanya ia acuh, namun dia berusaha menumpahkan rasa sakit yang ia derita, hampir 6 tahun dia ketergantungan pada obat-obatan dan sering bolak-balik ke Rumah Sakit untuk Medical Cheek Up. Karena selama ini Lana yang periang harus menderita sakit akan Ginjalnya.

Selepas SMA kami memang jarang berinteraksi secara intens, apalagi saya harus keluar kota.. Terakhir saya masih bertemu dengan Lana pada saat penampilan Heels Phobia di Poltek UI, saat itu kondisinya pun masih tampak segar bugar dan riang.

Sungguh suatu hal yang bisa dikatakan "Petir di Siang Bolong" ketika saya mendapat kabar sahabat saya itu, Collapse karena tanpa dia mungkin, tidak ada kehidupan saya yang seperti sekarang, tidak ada yang namanya Heels Phobia, karena tanpa dia, saya mungkin bukan apa-apa..

24 Hours isn't enough!

Itu istilah yang memang berjalan dalam hidup saya. Semester ini merupakan semester yang sangat padat, padahal sekarang sudah masuk tahun ke tiga dan saya berada di semester 6 namun, beban SKS masih saja padat, tanpa saya mengulang satu matakuliah pun paket SKS tetap saja 25 SKS. luar biasa...

Makalah, Presentasi, Membaca, serta berbagai tugas kuliah seolah menjadi teman setia saya akhir-akhir ini...

Kuliah dari pukul delapan pagi sampai empat sore, pulangnya berkencan dengan tugas, sampai larut malam..dan esok paginya juga seperti itu.. Saya merasa waktu 24 Jam seolah masih kurang...

Hari yang panjang nampaknya akan terus berjalan...

samedi 5 mars 2011

That's Simple... and Perfect!

Saat ini semuanya terasa kosong, bukan karena apa-apa juga saya berkata seperti itu. Tanpa harus bermenye-menye dan bla..bla..bla.. Saya merasakan klimas yang luar biasa dalam beberapa hari belakangan ini atau bahkan, untuk hari-hari berikutnya.

Satu sendok gula pasir yang larut dalam segelas air
Kalau saya pesulap mungkin saya bisa memisahkan gula yang telah larut menjadi padat kembali.

Sulit terlepas dari kepala saya bayangan dari kegagalan, dimana saya harus memutar balikan otak kiri menjadi otak kanan, atau malah sebaliknya. Semuanya bertemu pada satu sudut di otak saya, mengendap kemuadian pecah, dan berserakan tak teratur.

Disharmonisasi ini harus berakhir, harus ada perubahan. Menjalankan apa yang harus dijalankan, menata ulang apa yang sudah berantakan, bangkit dari keterpurukan. Semua hal yang KONYOL ini mengambarkan betapa, belum dewasanya saya menjalani kehidupan ini.
Tetapi hal seperti itu masih sebagian kecil dari masalah kehidupan. Soon or Later...
Kekalahan hari ini menjadi guru yang mengajarkan saya untuk belajar menjadi pemenang kedepannya.

Mungkin itu sekilas bagian dari sebuah KEHIDUPAN.