samedi 10 novembre 2012

Beklagande

Yang jelas saya buntu untuk menulis apa...

Saya meraih kupu-kupu yang membeku dari selatan
Menikmati sebuah lukisan biru dalam budaya yang orang pikir pemuja setan
Laju terhenti pada sebuah sore, ini memang bukan hari yang buruk
Sebuah lonceng biru, perak, dan berubah menjadi kuning, tapi bukan emas

Angin sudah pernah bilang, "Hey, aku akan datang lagi" lantas saya? Yah, sudah beranjak dari sore, walau tidak begitu banyak.
Kalau sudah begitu arahnya akan kemana, yah tidak ada yang tahu.

Matahari mengantarkan langka seorang pria muda ke rumah saya.
Hari itu memang cukup istimewa, tapi saya juga sedikit 'tidak enak rasa'.
Memandang keranjang tumpukan beban dan suka cita.

Perdebatan ini memang seolah membohongi
Langkahnya sudah jauh, barat ke timur
Saya memang tidak pandai mengingat yang dianggap orang lain penting...

Lidah kecil menjadi batu kaca, memecah jalan supaya saya ingat Tuhan.
Manis, bahkan bisa dibilang sangat manis.
Ini apa? Sudah tidak disitu saja saya berkata, bias dan samar nantinya.
Goresan demi goresan terus saja dilakukan tanpa sadar dan senyap

Titik nadir dua arah yang menentukan keadaan.
Lebih baik saya diam, serta menutup tumpukan kata.
Ini memang meradang, biar dua mata pisau ini ku tanamkan ke sana.
Tidak usah ditanya kemana melati itu akan menikam uluhati.