mardi 11 décembre 2012

Iseng dan Spontanitas itu Baik


Entah apa jadinya kalau kita menganggap remeh suatu pekerjaan?
Yang pasti fatal akibatnya.

Hal ini terjadi pada saya tepat pada hari sabtu yang lalu (8/12) di Ciwalk dalam acara DVFest2012. Jujur saja hari itu saya sedang tidak mood untuk menggambar, apalagi dipenuhi orang-orang yang suka sekali akan manga. (Disini aku pun suka manga, namun tidak se-addict mereka, dari mulai gaya gambar sampai gaya hidup) Oke, singkat cerita saya membawa peralatan ala kadarnya dari pensil dan pulpen saja.



Saya lalu berkenalan dengan gaya yang sok asik saja, sedikit pede saja resepnya.
"Kang boleh gabung?" tanya saya.
"Oh, mangga kang. Dari mana atuh?", tanya orang tersebut yang saya taksir usia tidak begitu jauh dari usia saya.  (Dalam hati saya berasumsi, asik juga nih orang kayaknya buat diajak ngobrol)


Dari pertemuan itu juga terdapat satu orang peserta lain, saya sendiri lupa namanya, yang saya ingat hanya penampilannya sangat 'NGEJRENG' untuk ukuran laki-laki, dengan pull over warna pink, kaca mata, dan seperangkat alat gambar termasuk tempat pensil 'Disney Princess".

Sepuluh menit petama saya hanya menggambar sketsa komik yang belum jelas jalan ceritanya, sedangkan dua kenalan saya itu sudah asik membuat panel dan macam-macamnya yang buat saya itu rumit sekali. Sampai Zia mendekati kami supaya jangan jauh-jauh menggambar supaya bisa terpantau oleh panitia. (Padahal 1 jam pertama saya sudah berencana untuk cari makan dulu) Oia, Zia itu adalah salah satu panitia yang bertanggung jawab soal lomba komik ini. Usianya tidak lebih tua daripada adik perempuan saya, dan dia juga pernah bercerita pengalamannya yang baru tinggal di Bandung, meskipun ia asli orang Palembang yang masih menyesuaikan dengan Kultur dan Bahasa Sunda.


Dari hal itu akhirnya saya mendapatkan ide untuk membuat cerita 'Rusuh' yang artinya 'Buru-Buru' dalam bahasa Sunda, karena temanya juga Urban Ethnic saya pikir ini juga momen yang tepat untuk memulai cerita itu dalam komik. Pembawa Acara sendiri rasanya 'kepo' sekali dengan cerita yang akan dibuat oleh para peserta yang notabenya selalu terpaku pada cerita pewayangan jika sudah menyangkut kultur. Buat saya sih lucu saja dan agak jomplang kalau manga nyemplung ke pewayangan. Yah, pokoknya buat saya itu KONYOL lah, seolah sedang memperkosa budaya sendiri. Bedanya mungkin memperkosanya dengan gaya asing atau kalau di film porno mungkin kategorinya tukar pasangan. (Relevansi yang aneh bukan?)

Setengah jam berlalu saya akhirnya pergi keliling dulu buat cari angin dan juga penghapus, karena hapusan saya juga tertinggal di kostan. *benar-benar engga niat. Sekembalinya saya kesana, saya melihat dua rekan saya itu rasanya sudah masuk dalam tahap cerita dan karena hari itu langit sedang muram kita pun pindah ke areal permainan anak di Ciwalk. Buat sebagian orang menggambar ditempat bising seperti ini mungkin jadi masalah, tetapi buat saya sih itu engga masalah, (karena ini tidak seperti ujian delf B2 yang menyiksa otak tersebut)

Satu jam berlalu, akhirnya saya dengan percaya diri meminjam segala macam peralatan menggambar dari mulai penggaris, pensil warna, sampai spidol. Mungkin untuk si pinky boy, ia merasa saya itu orang yang menyebalkan dan engga modal. Hahahaha... tapi biarlah, walau malu yang penting komik saya ini selesai.

Sekitar 20 menit kemudian, datang seorang teman dari dua rekan saya itu yang umumnya anak UNIKOM. Saya mau basa-basi kenal si DePe rekan saya di Nirmana Award juga rasanya percuma, karena DePe juga tidak setenar 'Goban si manusia tapi robot' yang ada di Youtube. Yah, jadi saya biarkan saya mereka berkomentar dan berisik di sebelah saya. Mulai dari komentar gambar dua rekan saya yang "Wah, HaDe pisan euy gambarnya." (Hade disini bukan pasangan gubernur Jabar yang amburadul itu yah)

Mereka pun banyak berbincang masalah manga, yang saya sendiri pun buta akan hal itu. Salah satu temannya bahkan sempat menyarankan ide cerita komik kenalan saya itu harus seperti apa dan gimana. Cih...buat saya itu suatu penghinaan, ketika komikus didikte oleh orang lain dalam membuat karyanya yang orisinil. Apalagi ini cuma kompetisi bukan membuat buku yang mesti terkonsep.

Mungkin geregetan dengan peserta komik yang ada disini, ia pun langsung mendaftarkan diri dan ikut membuat komik. Nah, di sini rasa kompetisi saya rasanya baru keluar. Saya sengaja mengulur waktu untuk menyelesaikan komik saya, dan saya mau lihat bagaimana sih orang yang tahun lalu juara satu di DVFest ini membuktikan omongannya yang sombong dan sok mendikte orang ini.

Sekitar pukul 16:00 WIB waktu pengumpulan pun telah selesai, sejauh mata saya memandang, hanya komik saya saja yang rasanya jauh dari kesan manga. Orang yang banyak omong itu juga sepertinya sangat percaya diri untuk menang untuk kedua kalinya. Satu yang saya garis bawahi, disini salah satu jurinya adalah Mas Imamsyah Lubis yang suka komik dan cinta betul dengan anime. Saat ditanya ke Zia selesai acaranya kapan, dia hanya bilang "Acaranya sampai jam 9". (Duh, dalam hati saya juga kesal jika harus menunggu selama itu di Ciwalk.)

Sekali lagi, karena saya juga sedang tidak mood, akhirnya saya meninggalkan acara tersebut dan pulang ke Jatinangor. Tepat pukul 19.00 WIB saya mendapatkan sms dari Zia yang berisi, "Ki, kamu dimana? Kamu juara satu lomba komik loh. Ayo buruan kesini!" Ctarrrrr! Dalam hati saya sangat senang bisa mengalahkan si juara bertahan, namun di lainnya, saya merasa bodoh karena sudah pulang??? Untungnya acaranya sampai malam, dan saya kembali lagi ke Ciwalk dengan penampilan yang kucel dan kumel.

Lalu saya mendapatkan penghargaan dari sekedar iseng disertai spontanitas. Disini saya tetap mempercayai bahwa segala seuatu yang dibuat secara spontan dan jujur akan memberikan pesan yang positif bagi banyak orang, itu lah cerita yang saya buat dalam komik saya.

I did it!

Teknik pewarnaannya pun sangat asal-asalan.

Kalau Harus Begini Kenapa Harus Begitu?

Kalau ingin jatuh cinta, kenapa kita harus sakit hati?
Kenapa harus sakit hati, kalau kita memang tidak ingin?

Kalau harus berpisah, kenapa pula kita harus melupakan?
Kenapa harus melupakan, kalau jadinya masih saling kangen?

Kalau mau pergi, kenapa harus menyakiti?
Kenapa harus menyakiti, kalau diri sendiri tidak ingin disakiti?

Percayalah, manusia itu tidak sempurna.
Ia merasa sempurna karena ide-idenya saja,
Jadi teruslah berpikir apa yang menurut kamu benar dan percayai saja,
Karena pada akhirnya kita 'Manusia' memang tidak sempurna.