mardi 8 janvier 2013

Mati Suri

Momen ini memang sudah cukup lama ku nantikan, (2/2/13) bertempat di Al-Azhar 6 JakaPermai Bekasi yang berjudul Alsicfest. Sudah hampir 3,5 tahun saya, Nanda, Pogi, dan Hedi tidak bermain dalam satu panggung yang sama, karena 3,5 tahun belakangan selalu ada saja yang menjadikan kami tidak 'komplet'. Namun pada hari ini kerinduanku selama 3,5 tahun itu akhirnya tercapai.

Saat diundang ke acara itu terus terang saja, saya pribadi hanya mencari Have Fun. Perkara akan ada yang tahu atau tidak? Yah saya rasa itu urusan entar, tapi saya berani bertaruh kalau tidak ada yang tahu lagu kami, apalagi lagu-lagunya. Dan benar saja dugaan tersebut, dibilang malu sih ada, senang pun juga ada.

Entah dari mana enak memulainya, hampir bisa dibilang band ini memang mati suri dalam waktu yang cukup panjang, yah, tapi lucunya lagi, ternyata orang lebih antusias saat kami membawakan lagu orang lain daripada lagu sendiri. Tapi, tenang kami tetap PD kok dengan karya kami sendiri. (Kendati tetap ada yang tidak mengeti musik dan lagunya) Intinya saya cukup senang dengan pertemuan ini, semoga saja menjadi berkah bagi kami semua ke depannya.

Terima kasih untuk semuanya,
Suatu perasaan yang menjadi pilu gaduhku di dalam mimpi ku.

-Liki

Paradigma Sudut Pandang? (mungkin saja)

"Pernahkah kamu dianggap sebelah mata?

Pernahkah orang lain menganggap kamu tidak bisa lebih baik dari sekarang?"
Jika kamu pernah merasakan itu semua, maka kamu layak merasakan apa yang saya tuliskan dalam postingan ini.


Suatu IRONI yang cukup menyakitkan bukan? Saya sendiri masih terengah-engah dengan apa yang terjadi kepada diri saya sampai saat ini. Ada yang bilang, "Untuk mencapai suatu tahapan, kita harus melalui proses." Ya, memang benar, bahkan sudah pasti demikian adanya. Tetapi tidak sedikit pula yang menyangkal, apa yang kita dapatkan tidak lebih baik daripada kapabilitas diri kita sendiri. Ada yang menyebutnya, "Paling cuma beruntung, atau sekedar nasib baik yang sedang mampir dalam hidupnya."

Dalam proses sampai detik akhir ini saya memang membiarkan orang terserah ingin berbicara apa. Namun lucu aja gitu, ketika orang bilang "Dia itu tolol, dia itu pintar, dia itu lebih, dan begitu seterusnya." Jika menyebut masyarakat yang makan bangku sekolah, harus bisa melihat dari berbagai aspek sudut pandang. Tetapi yang bisa kita lihat sendiri pada saat "Loe bukan duduk pada posisi teratas, loe minim didengar dan sampai akhir tetap seperti jongos dan jongos!" Maaf kalau kurang sedap untuk kalian baca.

Bicara soal sudut pandang seperti itu memang selalu bersifat subjektif, tergantung moodnya saja kalau kata saya. Namun, perlu digarisbawahi ketika saya sampai pada tahap ini, saya kembali berpikir apakah penyusuan sudut pandang itu sudah mencapai tahan berpikir yang kritis? Menyangkut aspek etika, estetika, maupun logika? Sebuah ambiguitas yang masih kita temui sekarang ini.

Ah..tapi sudahlah, toh mereka hanya bisa menilai siapa saya. Kalau saya dicap seperti itu, yah silakan saja. Toh, apa yang kita rasakan belum tentu mereka rasakan. Tetapi mohon maaf untuk segala ucapan saya barusan, maaf juga untuk segala indak tunduk saya yang agak berlebihan, saya masih belajar dan masih jauh dari kata pintar. Ini juga bukan suatu gugatan yah, jangan terlalu serius membacanya. Sejenak berpikir dan mengajak apa yang seharusnya kita lakukan untuk menebang sikap sebelah mata yang bisa saja membuat orang merasa berkecil hati, atau malah bunuh diri. Cuma jangan selebay itu juga saya rasa.

Ah..sudah dulu yah, karena obsesi yang tercermin dalam bentuk pembuktian ini akan masih panjang jalan ceritanya. Jadi silakan kita minum kopi dan kembali berealita pada dunia yang lebih realita dari dunia fiksi..