lundi 8 juillet 2013

Pembaca itu lebih cerdas daripada pengarang! (ini MUTLAK)

Bukan kali pertama saya mengikuti lomba komik, Minggu (7/7) kemarin, bertempat di FIB UI. Saya berpartisipasi mengikuti acara Gelar Jepang #19. Kalau boleh jujur sih, saya ikutan acara ini karena waktu itu ada seorang teman saya yang merekomendasikannya dengan iming-iming hadiah yang menjanjikan, yah...kebetulan juga saat itu saya sedang ingin 'banting setir' saat mengerjakan skripsi. Akhirnya, saya mengerjakan komik ini dengan bantuan dan saran dari rekan saya si Aii, yang kebetulan juga tahu banyak soal budaya Jepang.

Perlahan tapi pasti, dalam waktu kurang lebih satu bulan saya habiskan untuk observasi mati-matian, dari mulai budaya jepang, geografisnya, sampai kepada hal yang 'perintilan'. Tidak hanya itu, menurut Panji pun, komik saya ini pun masih terlalu membatasi pembaca dalam hal (subtansi karya). Oke, setelah saran dan kritik bertubi-tubi akhirnya saya rombak lagi komik yang tadinya sudah selesai, hingga 3x pekerjaan. Lama, yah tapi memuaskan.

Pagi harinya panitia Gelar Jepang itu pun mengabarkan bahwa karya saya meraih pringkat pertama dalam kategori Lomba Komik, dengan Tema : Pariwisata. Senang dan bercampur eskpetasi yang berlebih hadiah apa yang kudapat?! (namun dalam kasus ini, saya pun sudah wanti-wanti pada diri sendiri untuk tidak begitu larut dalam euforia kesenangan dan ekspektasi tinggi).

Manga, satu kata yang mengambarkan salah satu gaya gambar yang berasal dari negeri sakura. Puluhan bahkan ratusan komik manga pernah saya baca. Sampai teman ku pernah bicara begini, "Loe bakal keren kalo gambar komik kayak begini (manga)!" Yah, tapi apa mau dikata, gaya Manga atau pun Amerika memang engga cocok buat saya. Berapa kali dicoba, hasilnya tetap sama, gambar masing-masing halamannya jadi beda sendiri, dan aku kurang piawai kalau diharuskan menggambar wajah orang tampan apalagi berotot.

Yah, kembali lagi pada acara Gelar Jepang UI tersebut. Anime pengunjung diacara ini sungguh luar biasa hebohnya. Umumnya acara kebudayaan Jepang saja. Kalau di Unpad mungkin namanya Fesbukan, dan otomatis dari mulai kuliner, cosplay, karoke, dll sudah pasti hadir di acara macam ini. Setelah hampir setengah jam berputar-putar akhirnya kami (saya dan Aii) menemukan panel pameran karya. Di satu pihak saya mungkin senang karena karya saya dipampang paling atas, namun amat disayangkan banyak karya lain yang kurang terekspos atau malah rusak/lecek. Untungnya saya mengantisipasi itu dengan menggunkan kertas sketch yang ketebalannya jauh di atas rata-rata. (Bicara teknis seperti itu memang mungkin tidak semua ornag banyak tahu, namu amat disayangkan jika komik yang dipamerkan menjadi rusak karena peraturan tersebut.)

Unknown, itulah saya. Selalu pura-pura menjadi pengunjung padahal sih ada maksud mendengarkan komentar orang yang melihat komik saya. Komentarnya sih beragam, "Mulai dari sederhana, ceritanya ringan, dan engga muluk-muluk." Komentar semacam itu memang asik diterima, namun ada juga komen yang menyakitkan. Satu yang saya ingat adalah komentar dari pengunjung yang mengatakan, "Itu yang juara satu engga manga banget deh! Tapi kok bisa Juara?" yang satu lagi bilang, "Tapi ceritanya bagus, engga pasaran." lantas disanggah lagi, "Iya sih, tapi tetep aja engga ada manga-manganya, kalo begitu doang mah gue juga bisa!".

Tanpa mendengarkan mereka lagi, saya langsung menghilang dari keramaian, dan mengumpat, "Bangke, emang loe pikir gampang gambar begitu aja? Gue juga bisa gambar manga, cuma guenya yang engga mau, karena udah pasaran! Lantas apa salahnya gambar yang tradisional begitu?!" namun saya pun berpikir lagi, tidak bijak rasanya jika umpatan seperti itu dilemparkan kepada pembaca, toh mereka hanya ingin dimanjakan oleh komik saya. Dan dalam hal ini, sayalah yang salah jika harus memaksa mereka suka dengan gaya gambar saya.

Lantas ketika pengumuman tiba, saya baru tahu kalau pengunjung tadi adalah pemenang ketiga dalam lomba komik. Ada baiknya, saya hancurkan istilah peringkat tersebut, karena di sini saya juga belajar bersama mereka. Jujur saja, saya menyukai gaya komiknya. Karena lebih realistis dalam hal latar, dan buat saya itu suatu pekerjaan yang sulit. Di satu sisi, manga memang juara dalam hal ekpresi dan jalan cerita, namun sayangnya banyak dari mangaka (komikus manga) di Indonesia yang lebih asik menikmati karya mereka sendiri atau kadang lebih suka bermain di zona aman (area dimana penikmatnya hanya sebatas penyuka manga). Yah, saya pun juga harus lebih banyak belajar untuk hal itu. Karena dalam hal ini kita sebagai pengarang cerita tidak boleh asik sendiri, siap menerima apa yang pembaca inginkan, ibarat restoran kita koki dan mereka pengunjung.

Well, satu kesimpulan yang saya dapat adalah, beranilah belajar dan mengaplikasikan hal baru dalam suatu karya. Ambil yang menurut kalian cocok untuk karya kalian. Saya pun akhirnya kena batunya karena mendapatkan peralatan manga yang begitu banyak! Tetapi terima kasih, peralatan ini pasti akan bermanfaat bagi saya dalam berkarya selanjutnya.





Terima Kasih Gelar Jepang UI #19,
Salam Liki!

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire