lundi 12 mars 2012

Titik Nol

Saat saya menulis postingan ini sejujurnya saya sedang merasa tertekan, entah karena apa? Fisik dan pikiran saya merasa sedang berada di 'titik nadir', mungkin inilah yang dinamakan dengan mahasiswa tingkat akhir. Kalau ditanya kenapa semester 8 ini masih ada kuliah, janganlah kalian bertanya kepada saya, karena memang sedari awal jurusan ilmu yang saya pelajari sudah menganut faham seperti itu.

Terlalu klise rasanya kalau saya membahas ini disini, tetapi memang seminar membuat saya menjadi orang surealisme. Sejenak saya memikirkan diri saya sendiri, tidak terfokus pada apa yang orang bicarakan tentang saya, 'peduli setan' mau dikata apa. Namun sampai saat ini saya masih terpaku pada sesuatu yang mungkin jelas namun samar. Hal itupun yang mebuat saya menuliskan langsung apa yang ada di dalam kepala saya saat ini juga.

Saat matahari berkata dipagi hari
Aku berdiri untuk menyatakan sesuatu yang belum pasti
Saat ribuan atau bahkan jutaan orang pergi
Yang aku rasakan hanya sendiri
Apakah semua ini menjadi lebih berarti dari sebuah janji
Ketika kita tegak menyongsong hari

Hitam putih itu terlalu jauh untuk dilewati
Satu persatu orang datang dan pergi
Ketika sungai beriak, aku pun masih harus berlari
Belajar dari masa lalu untuk sebuah kepastian

Nampaknya terlalu dini untuk menyapa matahari esok pagi.