samedi 29 juin 2013

Dari Enjah Hingga Harapan Saya!

Belakangan ini saya bisa dibilang kurang memperhatikan hiruk pukuk dunia luar, jangankan mengomentari soal kenaikan harga sembako, serta kasus dadakan 'seleb twiter' yang bomming karena ulahnya di sebuah acara TV saat on air. Pikiran saya belakangan memang hanya fokus pada tugas akhir. Namun, beberapa hari yang lalu saya baru ingat kalau saya memesan sebuah buku komik 'ENJAH' yang merupakan salah satu komik lokal yang bergenre horor. Saking lupanya dengan yang namanya komik, saya pun mencoba membaca komik yang konsepnya di garap oleh Alm. Janang, yang beberapa kali sering disinggung oleh Mas Beng Rahardian serta Mas Aji Prasetyo dalam komik Hidup Itu Indah. Kendati tidak mengenalnya secara langsung, saya pikir ia adalah seorang yang cukup berani untuk menghidupkan komik lokal di negerinya sendiri.

Akhirnya, saya mencoba membaca komik karya Mas Beng Rahardian dan Mas Tomas Soejakto, jujur saja, untuk mahasiswa seperti saya yang sering kali dihadapkan oleh teks-teks untuk dianalisis, alur cerita di komik ini sungguh keren dan menarik untuk dibaca, dari mulai tokoh, latar sosial, tempat, dan waktu. Semua sangat menarik untuk dibaca, apalagi atmosfer yang dibangun pada komik ini membuat saya (sebagai pembaca) semakin penasaran dengan endingnya. Yah, andai saja ada yang mau menjadikan "Enjah" sebagai bahan skripsi pasti kaya betul ide dan masalah yang bisa kita kembangkan. Jujur, niat pertamanya saya membaca komik ini sih, supaya ngantuk, tapi nyatanya malah sebaliknya, padahal waktu itu saya membacanya di kostan sekitar pukul 1 malam. Mungkin seperti yang saya bilang tadi, 'ceritanya asyik' dan menegangkan. Hingga saat ini saya sudah membacanya 3 kali, dan adegan yang paling suka adalah keberanian tokoh utama di komik ini 'Rama' saat menjemput 'Sofie' ke dalam dimensi yang berbeda, dan jika diruntut adegannya secara logis dan kronologis, komik ini memang sangat engga pasaran dalam segi jalan cerita.

Kalau bicara soal gaya gambar sih saya cuma bilang 'Keren Abis' dan punya ciri khas. Terlebih lagi setelah saya membaca bahwa pengerjaannya dikerjakan secara manual, maka sangat layak jika komik 'Enjah' bisa menjadi tolak ukur dari semakin berkualitasnya komik-komik Indonesia. Kendati memang banyak teman saya yang suka bertanya-tanya apa bagusnya sih komik lokal? ceritanya pasaran? gambarnya biasa? harganya pun engga semurah komik-komik jepang?. Dalam kasus ini saya hanya bisa bilang, kalau kamu berpikir seperti itu, itu sama halnya dengan lilin yang dinyalakan tanpa adanya oksigen.

Secara singkat memang penikmat komik lokal didominasi oleh orang-orang dewasa, namun memang sudah saatnya kita menjadikan komik lokal sebagai raja di tanahnya sendiri. Mengutip pesan Arswendo dalam diskusinya beberapa tahun yang lalu di kampus saya, 'Komik itu Baik', Dan yah, memang benar begitu adanya, karena banyak nilai-nilai kemanusian yang memiliki relevansi dengan kehidupan bangsa ini di dalamnya. Saya memang baru kali ini menulis sebegitu emosional di blog ini, namun Enjah mungkin satu dari Jutaan komik-komik lokal yang sayang untuk kita lewati. Mereka semua merupakan potret dari kebudayan Indonesia, walaupun tidak mudah, saya percaya saat itu akan tiba, saat dimana komik Indonesia menjadi Raja di tanahnya sendiri!

dok. Cendana Art Media