jeudi 18 février 2010

Dari Facebook ke Twitter? lalu apa lagi...

Hoba..lama nih gue nggak posting..
yah, maklumlah kuliah dan para dosennya tidak memeberikan waktu luang untuk saling berbagi pikiran disini.

Bon, belakangan ini gue heran dengan isi berita yang ada di Televisi Lokal *walaupun gue juga jarang nonton tivi.
tapi seperti yang loe semua tahu, banyak kasus yang bisa dibilang nggak penting gara-gara terjebak di dunia maya.. karena Facebook bisa terjadi kriminalitas, prostitusi et etc. dan baru-baru ini di Twitter ABABIL yang bernama Marsya mencomoh dengan seorang follower-nya yang dia klain sebagai (allay) atau anak kampungan, lalu perang verbal yang sebenarnya juga 'nggak penting' yaitu kesalahan berbahasa asing, fine mungkin pengikutnya banyak, tapi itu dia fatalnya kalo terlalu EKSIS atau SOK EKSIS?

ujung-ujungnya pertengkaran itu berbau sara antara media pendidikan yang mereka alami, sebenarnya gue heran kenapa mereka harus merasa 'PALING' pintar atau wah? toh, alangkah baiknya bila kesalahan itu diberi tahukan dan saling membenarkan satu sama lain?
tapi ini lain ceritanya, justru saling menjatuhkan?
jujur gue sebagai orang yang mengenyam pendidikan di Media Pendidikan berbasis negeri selama SD -SMA bahkan Kuliah merasa di remehkan dengan kasus ini.

oke, pertama dengan fenomena Allay?
sadar tidak 'allay' sendiri juga merupakan bagian dari masyarakat dan mereka juga merupakan sisi lain dari kita..terlepas dari notabe mereka yang suka melakukan hal-hal yang mungkin bisa dikatakan kampungan, Efek Domino justru diberikan oleh mereka yang tidak mau disebut sebagai Allay? pernah nggak kita sadari kalo dahulu kita mengikuti budaya barat dengan bermain FS, FB, dan Twitter, lalu Shout out? Wall? Tweet?, dan saat kita berpaling pada hal budaya barat yang baru, lalu wajar tidak? jika orang-orang tersebut cuma ingin MEMBUKTIKAN KEBERADAAN MEREKA?

Sadar atau tidak? Langsung atau tidak langsung, itu juga cerminan kita dimasa lalu bukan?
sadarlah? nggak bakalan ada orang tenar kalau tidak ada allay?
enough buat allaynya.

kedua, balik tentang perang verbal itu?
topiknya karena kesalahan berbahasa inggris?
hei, marsya? are smart enough?
boleh aja loe merasa pintar, tapi gue sendiri yang bisa berbahasa Perancis dan Inggris santai aja kalo ada kesalahan bukan untuk dicela? justru diperbaiki?
terlepas dari media pendidikan yang bocah 'tengik' itu bahas, coba kita tenggok ke wajah kita sendiri?

"apakah loe sudah merasa hebat dengan loe fasih berbahasa asing?"
coba kita liat kehidupan sehari-hari? apakah kita menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar?
ulangan aja masih nyontek?
dapet nilai seratus-pun juga 'jamais'?
MALU! ITU YANG GUE RASAKAN!
justru orang asing yang mempelajari bahasa dan kebudayaan negara kita.
lantas kita?

HANYA TERJEBAK PADA EFEK NEGATIF GLOBALISASI KULTURAL??

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire