mardi 24 avril 2012

Cipi itu Nama Kucing Saya.

Sebuah perasaan yang saya ras tidak perlu saya keluarkan untuk sebuah hewan kecil ini.
Ya, sejujurnya saya tidak begitu menyukai binatang berbulu apalagi mamalia. selain agak repot mengurusnya, saya sendiri alergi dengan binatang berbulu. Tetapi kali ini berbeda. Kenapa saya bilang berbeda?
Yah, karena baru kali ini saya merasa kehilangan sosok binatang peliharan, setelah mondi (nama ikan lauhan saya dahulu), mungkin dia memang tinggal bersama Riri, bahkan pacar saya itu lebih menyayangi si Cipi daripada saya.

Saya mungkin dibuat kesel atau mungkin cemburu dengan hewan ini, karena dia selalu mendapatkan perlakuan lebih. Tetapi lucunya adalah, Cipi selalu membuat 'ulah', saat kami berdua sedang tidak akur. Entah sakit, entah mendadak minta kawin, atau yang terakhir kabur dari kostan pacar saya itu.

Tidak dapat dibohongi mungkin Riri lah yang lebih kenal kepribadian Cipi dibandingkan saya, menurutnya Cipi bisa menjadi teman curhat baginya. Dia berasumsi kalau Cipi stress karena tidak memiliki teman, apalagi akhir-akhir ini kami berdua sangat sibuk dengan rutinitas masing-masing. Lalu Riri pun merasa bertanggung jawab karena telah mengadopsi Cipi saat masih kecil, untuk opsi menghibahkan sudah saya lakukan, namun apalah daya banyak orang lebih menyukai kucing Ras dibandingkan dengan kucing Lokal.

Akhirnya kami sepakat, sebaiknya Cipi dilepaskan untuk hidup bebas. Tadinya saya merasa itu adalah Hal yang konyol, mana ada binatang bisa mengerti perasaan manusia atau sebaliknya. Akan tetapi semua itu dipatahkan oleh sikap mereka berdua sebelum akhirnya Cipi kami lepaskan untuk hidup bebas.

Riri bahkan menangis saat Cipi ingin dilepaskan. Secara tampilan mungkin saya terlihat tegar, namun dalam batin saya merasa diguncangkan oleh ikatan diantara mereka berdua. Benar ada yang bilang,"Laki-laki hanya terlihat tegar di luar, namun mudah hancur di dalam."


Hari ini, 24 April 2012, mungkin sudah hampir setahun kami, atau bisa dibilang (lebih banyak Riri yang merawat Cipi) harus merelakan kepergian teman kecil kami itu. Riri sempat bertanya, "Kok kamu diem aja si Cipi dilepas? Engga sedih?". Saya lebih memilih diam dan mencoba memasang wajah tenang. "Sedih kok." dan Cipi pun begitu senang saat bisa hidup bebas. Pada saat itulah saya merasa ikatan itu memang benar-benar nyata.

Melalui tulisan ini pun, ini kali pertama saya berani menyatakan bahwa, "Dibalik rasa diam dan tak acuh saya, disana ada satu masa dimana saya merasa ingin benar-benar mengenal lebih dalam objek yang dirasakan olehnya acuh."

Pour Mon Chupacabra, Cipi.

Merci beacoup, parce que tu peux donner le bon souvenir.
Merci à Toi, tu avais été la lumière dans notre vie...


Cipi
Cipi

Maintenant, c’est le temps pour vivre plus longtemps et heureux toujours.
 Ici, tu me manques. Adios mon diablo gato.

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire