vendredi 25 mars 2011

100% Kembali Pada Kemauan

Sore tadi saya dan beberapa teman saya menjenguk teman saya, Lana. Kami tiba disana tepat saat Adzan Magrib berkumandang sedikit tidak enak kepada keluarganya memang, tapi hal ini memang diutamakan untuk melihat sendiri kabar terakhir dari sahabat saya itu.

Awal kedatangan kami, kami disambut hangat oleh pihak keluarga Lana, terutama oleh Ayah dan Ibunya, setelah berbincang-bincang sedikit akhirnya saya bertemu langsung dengan Lana, dia hanya bisa terbaring diatas tempat tidur, dan terbujur kaku. Dari raut wajahnya terlihat jelas goresan keringat yang mengucur deras ditambah dengan bibirnya yang kering seolah menggambarkan suhu tubuhnya yang tidak seperti biasanya, dengan sebuah kaos oblong dan kain sarung Lana yang tadinya berbadan tambun kini terlihat sangat kurus, bahkan lebih kurus dari saya.

Sebelumnya saya melihatnya lebih dekat, saya seolah berat melangkah, badan saya terasa lemas bahkan isi dikepala saya tidak percaya bahwa sahabat saya itu hanya bisa terbaring kaku. Saat itu ayahnya langsung mencairkan suasana "Lana, ini siapa nih yang datang?" Ia hanya bisa mengeleng-gelengkan kepalanya. "Tuhan, dia juga sampai lupa siapa saya?" dalam hati saya berkata. "Hei, Bang! Liki nih..Inget gak? Terakhir kita khan main bareng di UI.." Ia hanya bisa menatap saya dengan penuh kekosongan. Namun, kembali lagi ayahnya mencairkan suasana, "Ini na..Liki yang suka main bareng dulu.." Akhirnya ia tersenyum dan menganggukan kepalanya. Lalu saya bertanya pada ayahnya, "Kenapa penyebabnya Lana bisa begini om?" Singkat cerita Ayahnya menceritakan tentang apa yang Lana pernah ceritakan kepada saya saat SMA yaitu mengenai Ginjal namun, apa yang menyebabkan sampai ia seperti ini saya masih bingung, sampai pada saat saya ingin bertanya lebih lanjut, Pogi, Mira dan Uci baru menyusul masuk ke Kamar, sehingga ayah dari Lana, mempersilakan kita untuk 'ngobrol' lebih dekat Lana. Hampir bisa dilihat dari wajah teman-teman saya itu, seperti 'Tidak Percaya' kalau Lana yang ceria menjadi seperti ini. Sempat beberapa kali saya dan teman-teman mengajaknya berinteraksi sampai memberinya minum, karena mungkin Ia sangat kehausan namun saat minum pun Lana sangat sulit untuk menelannya kembali.

Akhirnya setelah 10 menit berinteraksi kami pun, memberikan waktu kepada Lana untuk beristirahat. Dan obrolan kali ini juga berlanjut dengan orang tua Lana, kembali saya penasaran sebab penyakit dari teman saya itu, dengan raut wajah yang sedikit sedih dan tenang, Ibunya mengatakan, "Sekitar bulan puasa kemarin, Lana berhenti konsumsi obat-obatan dari dokter.. tante pun gak tahu, setiap pagi mau kuliah tante tanyain kan 'Lana Obatnya udah di minum', dia cuma jawab udah..udah..udah.." Tutur ibunya kepada kami, "Nah, alasannya dia berhenti minum obat kenapa tante?" tanya saya "Iya, jadi sebelumnya Lana sendirian yang browsing tentang obat-obat yang berbahaya buat otak dan syaraf, saat dibaca tertera bahwa obat yang selama ini dia konsumsi termasuk didalamnya, makanya dia berhenti.. tiba-tiba minggu yang lalu ambruk aja."

Disini saya sempat berfikir, "berarti itu khan mal-praktek bukan?" saya langsung bertanya, "kenapa gak dilaporin aja tante?" si Ibu menjawab, "Yah, kalo hasilnya Lana bisa sembuh? Dari pada capek ladenin yang begituan yang penting si Lana sembuh udah cukup kok, apa lagi dia udah trauma dengan Rumah Sakit, sekarang mendingan pengobatan tradisional ajalah, lagian kalo dibawa kerumah sakit lagi pasti dikasih obat yang sama, percuma aja selama beberapa bulan Lana stop ketergantungan obatnya."

Setelah itu saya berfikir dan terus berfikir sampai saat ini saya menulis, apabila saya menjadi Lana saya pasti berusaha berhenti ketergantungan obat tersebut namun, jika saya juga menjadi dokter perbuatan itu mungkin tidak mutlak disalahkan, apabila ingin memberikan harapan kepada pasein untuk melawan penyakitnya terlebih untuk harapan kepada orang tua. Orang tua mana yang tidak ingin melihat anaknya tumbuh berkembang. Sungguh suatu masalah yang ada diluar nalar. Dokter bisa berkata apapun dari hasil medis namun, saya percaya keajaiban itu ada dan semuanya kembali kepada kemauan si pasien untuk sembuh.

Dan saya percaya, teman saya Lana memiliki itu.

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire