vendredi 18 février 2011

Ibu Kota Kejam Bung!

Siang itu saya mengendari motor bebek warna biru kesayangan saya, Jakarta memang banyak berubah dari masa ke masa.

Saat menuju arah Kuningan, jalanan sangat padat dengan kendaraan yang parkir seenaknya.

Hal itu bisa dilihat dari jumlah mobil-mobil orang tua yang menjemput anaknya pulang sekolah. Bukan saya sirik atau iri kepada mereka tetapi, coba bayangkan jika satu anak dijemput oleh satu buah mobil yang parkir seenaknya, berapa ruas jalan yang habis dipakai untuk 100 anak atau lebih. Sungguh fenomena yang luar biasa.

Sejenak saat saya mengedari motor, saya sempat berfikir kepada masa lalu saya, saat saya kecil hal seperti ini paling terjadi pada saat pengambilan raport saja. Kalau pun ada yang naik mobil juga tidak semuanya, paling hanya beberapa orang saja yang memang benar-benar 'berada', selebihnya hanya dengan sepeda motor, ojek, angkot, atau malah ada yang berjalan kaki untuk mereka yang rumahnya dekat. Tapi itu hanya buah fikir saya saja yang terpaku sejenak ditengah kemacetan Jakarta.

"Akh..buat apa sih gue mikirin hal gak penting kayak gitu!" fikir saya saat itu. Yah, dengan kondisi jalan yang memang cuma bisa merayap, saya hanya bisa mencari celah untuk menyalip mobil-mobil yang memadati ruas jalan menuju Setra Bisnis Kuningan.

Memang, pembangun jalan layang Tanah Abang - Kampung Melayu yang dicanangkan akan rampung pada tahun 2012 ini cukup menyita waktu para pengguna jalan. Padahal, saya melihatnya itu suatu hal yang memang sudah menjadi ritualnya Pemda DKI Jakarta yang sangat suka sekali membangun dan membangun untuk mengatasi berbagai masalah publik di kota yang sudah semakin sesak ini. Yah, saya sih sebagai orang yang dari sejak lahir dan besar di Jakarta, hanya berharap semoga terobosan ini bisa mengatasi kemacetan.

Kembali ke jalan raya, saat seluruh kendaraan roda empat terjebak macet banyak kendaraan roda dua yang memanfaatkan sisi jalan atau mencari celah untuk melawan kemacetan, begitu pula halnya dengan saya. Tikung kiri, salip kanan, belok kiri, potong lagi kanan dan ketika saya ingin menyalip ada sebuah motor juga yang ingin menyalip ke sisi jalan di depan pusat perbelanjaan di Kuningan yang sangat padat dengan orang-orang yang sibuk oleh urusannya masing-masing. Karena saya merasa itu hal yang bisa dalam berkendara di Jakarta saya melanjutkan perjalanan.

Mungkin ada perasaan kesal atau tidak terima karena saya salip bapak itu langsung memacu kuda besinya untuk mengikuti saya. Layaknya film 'action' kami saling susul menyusul dan tepat di depan jasa pengiriman barang, bapak itu justru yang sekarang memotong jalur saya dan sejenak memberhentikan laju sepeda motornya, membuka kaca helm dan berkata "Jakarta KERAS Bang!"

Dalam hati saya hanya bisa berkata, "Niat betul nih orang sampe ngejar-ngejar gue cuma pengen bilang itu." Sungguh ajaibnya kota ini. Tanpa meladenya saya hanya tersenyum dan menyalurkan tangan kedepan sebagai isyarat mempersilakan dia untuk jalan lebih dulu.

Sungguh pengalaman yang luar biasa sekaligus aneh, dari kemacetan yang membuat semua pengguna jalan penat dapat membuat orang melakukan hal gila yang syarat dengan emosi. Ibu Kota memang kejam Bung!

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire