samedi 20 mars 2010

Mall = Masalah

Mewah, Nyaman, dan Serba ada.
itulah mungkin yang menjadi alasan mengapa banyak para kaum Urban menyukai menghabiskan akhir pekan mereka di Mall, bisa kita lihat hampir di setiap kota semua memiliki Mall atau pusat perbelanjaan, takhayal menjadi gensi tersendiri bagi masyarakat setempat.

Bisa kita pertanyakan berapa banyak lagi mall yang dibutuhkan oleh kota-kota Besar di Indonesia? Emang sih, faktor materi bisa mengalahkan faktor ekosistem bahkan tata letak kota.

Saya ingat ketika saya berumur 8 tahun, Plaza Senayan merupakan Mall yang paling hebat dan mewah kala itu, tapi sekarang? seolah tidak mau kalah di setiap daerah berbondong-bondong membuat Mall yang merupakan pencerminan daerah tersebut. Mungkin karena Jakarta sebagai Ibu kota Indonesia dan semua orang ingin semua ke Jakarta, seolah-olah Jakarta menjadi magnet besar bagi para kaum pendatang yang mau mengadu nasib.

Saya sendiri sebagai orang Jakarta Tulen, gerah melihat tingkah dan polah dari kehidupan di Jakarta, Gubernur dan Pemprov DKI sendiri hanya bisa mengubar JANJI PARTAI, tidak ada tindakan yang jelas (*khususnya bagi mereka yang mempunyai uang).

Bisa dilihat pembangunan yang besar-besaran tanpa melihat dampaknya bagi orang banyak merupakan cerminan dari Jakarta sekarang. dan saya merasa bukan hal yang aneh kalau sedikit hujan Jakarta sudah teredam air, buat orang-orang di atas "udah bukan zamannya lagi bertidak setelah ada bencana? dan nggak ada gunanya saling menyalahkan?".

Itu sedikit soal Jakarta, lalu sekarang Bandung. Nah, ini dia yang menjadi pertanyaan besar buat saya, pada saat saya pindah ke bumi Pahariyangan entah mengapa tidak jauh berbeda dengan Jakarta? Panas iya? Banjir? eh, ada juga. Lucu loh, karena jika kita fikir dengan logika Bandung merupakan dataran tinggi tetapi kenapa Banjir?

Nah, ketika saya melihat film indie dari anak SMA di Bandung, saya baru menyadari bahwa penyebabnya sama seperti IBU KOTA JAKARTA dimana Mall dan Pusat Perbelanjaan semakin di lestarikan, sedangkan hutan kota dimusnahkan. Saya melihat ini bukan budaya yang baik, bahkan bisa disebut budaya KAMPUNG! Orang tua lebih suka menghabiskan waktu mereka bersama anak-anaknya di Mall, bukan ke Wisata Pendidikan? Kebun Binatang atau Museum contohnya, saya sempat bertanya kepada pedagang kaki lima di daerah museum geologi, "A, setiap hari disini selalu banyak pengunjung?", lalu pedagang menjawab, "Yah, paling mah kalo lagi rame aja mah, kayak gini (hari libur sekolah) itu juga rame karena ada rombongan anak sekolah dari luar Bandung." "kalo hari sabtu minggu gitu a? suka ada keluarga gitu yang ajak anak-anaknya ke museum?" si pedangan tertawa, "hahahaha...jarang eta mah a, orang tua sekarang mah sukanya ke Ciwalk". Nah, miris saya mendengar itu.

Sekarang mari kita kembalikan apa yang ada kepada Pribadi masing-masing, saya pribadi sih lebih menyukai Indonesia berwajah KAMPUNG tetapi berfikir MODERN, atau anda lebih memilih Indonesia berwajah KOTA tetapi berfikir PURBA?
marilah kita tanya pada hati nurani kita, bukan hanya pada rumput yang bergoyang karena yang bergoyang takutnya nanti di cekal.


Untuk Indonesia yang lebih Cerdas, Liki

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire