samedi 24 juillet 2010

Jatinangor

Sebuah kota yang mengalami banyak perubahan, seperti yang kita ketahui kota yang tadinya merupakan simbol “KOTA BUDAYA PASUNDAN” ini, semakin lama berubah fungsinya. Seperti yang pernah disinggung oleh Koran Kompas beberapa bulan yang lalu mengenai kota ini gue sendiri merasa miris membacanya.

Mau dilihat dari sudut pandang manapun hasilnya tetap sama, Jatinangor desa yang menjelama menjadi kota, gue kasih case yang sederhana dari mulai makanan yang harganya hampir sama kayak kota besar seperti halnya Bandung, memang untuk harga kostan sih lebih terjangkau dibanding nge-Kost di Bandung.

Untuk sehari mahasiswa dengan postur tubuh seperti gue mungkin ngabisin uang sekitar 20 ribu bahkan lebih untuk makan, memang sih temen gue yang cewek-cewek mungkin bisa sampai lebih dari itu, tetapi ada juga malah yang dibawah 20 ribu, tau deh itu orang puasa tiap hari atau emang makan sampah! Untuk menemukan makanan sehat bergizi disini emang susah, kalaupun ada yah kocek yang loe keluarkanpun harus lebih. *mungkin itu alasan gue lebih suka tinggal di Jogja.

Gak cuma soal makanan, dari segi gaya hidup-pun banyak banget orang kota yang mendroktrin penduduk lokal yang menyebabkan nilai-nilai budaya lokal sini mulai menghilang, contohnya perempuan yang keluar malem-malem dengan baju yang ketat dan celana hot pants, *pemandangan yang agak aneh buat di Jatinangor, tapi kalo buat gue mungkin juga hiburan.:P

Yah, gak Cuma itu, kehidupan yang serba glamor dan kehidupan yang individualis, padahal orang sunda itu terkenal dengan sifat ramahnya, gak heran deh saat loe bilang “punten” pasti dibales dengan kata “manga”. Namun kayaknya, tradisi kayak gitu seperti acuh tak acuh aja buat orang Jatinangor sekarang. Pakar budaya dan tetua di Jatinangor aja bingung dengan fenomena ini. Lucunya anak-anak SMP aja udah legal aja buat ngerokok, astaga nagabonar! Matilah nilai-nilai budaya yang menjadi citra dari bangsa Indonesia.

Gue sebagai mahasiswa yang belajar ilmu kebudayaan, merasa angkat bicara soal hal ini. Walaupun itu semua butuh bantuan dan kerja sama dari semua pihak yang tinggal di Jatinangor.

*tulisan ini gue rasa timbul karena efek begadang ngerjain tugas, kantung mata yang membengakak karena kurang tidur, ditambah lagi adanya Bu Muchlis dikostan yang mengakibatkan gue ngerem aja di kamar.

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire