vendredi 3 juin 2011

Sifu Arif

Suatu kebanggaan untuk saya mengenal orang ini, mengapa tidak? buat saya dia merupakan orang yang jelas melihat hidup, walaupun banyak kata-katanya yang absurd untuk ditela'ah lebih mendalam. Sewaktu semester satu kuliah di sastra perancis saya pernah mendapatkan hukuman dari dosen saya Pak Iwan Krisnanto intinya saya susah membedakan kata kerja Raconter dengan Rencontrer sampai-sampai saya disuruh keluar kelas oleh Monsieur Iwan untuk membedakan kata kerja tersebut.

Saya fikir itu memang hari sial buat saya, lalu saya berfikir untuk bertanya pada sifu saya itu dengan bantuan sms yang bunyinya "Rif, tulisan verba bertemu itu Raconter atau Rencontrer?" tidak ada beberapa menit, dia membalasnya dengan gayanya "Owh...Rencontrer lik.. tapi inget, kalo verba itu mah gak perlu pake avec lagi karena itu COD..bla..bla.." Dalam hati memang jawaban yang diberikan itu lebih dari puas, akan tetapi kalo penjabaran panjang seperti itu nampaknya kurang tepat untuk posisi saya saat itu.

Begitu saya kembali ke kelas, saya harus menunggu karena Dizza sedang dimarahi oleh Monsieur Iwan, sampai ia di tes oleh Monsieur Iwan. Saya sempat berfikir "Dizza aja yang pinter gitu dimarahin apa lagi gue? Matii gue!" Dan benar saja Monsieur Iwan makin menjadi-jadi ke Dizza, dengan memberikan ujian "Dizza, silakan hafalkan 100 kata kerja setiap hari?" dengan wajah yang memelas Dizza hanya mengangukkan kepalanya. Kelas pun menjadi sunyi... Pada endingnya Monsieur Iwan berkata lagi, "Oke, Itu kado dari saya!" *Seisi kelas pun tertawa, dan bodohnya mereka bukan menertawakan Dizza, tetapi saya yang telah memasang muka pucat. Dan begitu ditanya lagi "Gimana verbanya saliki?" Apa yang tadi saya ingat yah lupa...

Mungkin ini faktor sms si Arif yang panjang mengirimkan sms ke saya. Entah mengapa, rasanya takdir memilih kita menjadi muridnya, bisa dilihat setiap murid dan gurunya wataknya tidak jauh berbeda. Arif yang mengajar Saya, Ai, Apri, Danu, Abi, dan Izul. Bisa dibilang metode belajarnya pun berbeda, karena kita lebih banyak sharing dan saling mencela satu sama lain. Hehehehe... Apa lagi mengenai obrolan wanita yang memiliki dada besar, bisa panjang pembicaraan kita.

Slow but sure, mungkin itulah gambaran seorang Arif. Sampai menjelang kelulusannya pun masih ada saja kelakuan kakek tua nakal itu. Tetapi satu yang bertanya-tanya mengapa nama Dinda menjadi murid pertama yang disebutkannya dalam lembar Skripsi. Memang bisa saja orang itu.

Selepas kelulusannya memang jarang bertemu ia lagi, terakhir saat ramadhan tahun lalu di Pajawan. Saat saya bertanya materi Tata Bahasa Perancis, dia hanya cengengesan dan berkata "Sekarang justru kebalik, gue yang harus belajar bahasa perancis sama kalian? fufufufu..." Benar-benar orang yang memiliki gaya yang tersendiri.

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire